Telur merupakan satu dari 9 jenis bahan pokok sehingga tak ayal menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang jumlahnya tentu sangat tinggi.
Tingginya permintaan di pasar menyebabkan usaha ayam petelur sendiri merupakan salah satu pilihan usaha potensial yang sangat layak Anda jalankan.
Bicara soal pemanfaatan, telur sendiri tak hanya dimanfaatkan untuk dikonsumsi langsung sebagai lauk sajian, tetapi juga sebagai bahan baku beragam penganan dan hidangan.
Berperan besar dalam banyak industri kuliner dalam berbagai skala sehingga pelaku usaha ayam petelur tidak hanya berhadapan dengan permintaan dari rumah tangga tetapi juga dari beragam industri kuliner dari skala rumahan sampai industri besar.
Itu sebabnya daya serap pasar terhadap telur ayam begitu tinggi. Dipasaran sendiri permintaan terhadap telur ayam sangat beragam. Mayoritas permintaan mengarah pada jenis telur ayam negeri biasa. Sedang khusus untuk pasar rumah tangga, muncul permintaan telur ayam khusus seperti telur ayam kampung atau telur ayam khusus dengan kandungan omega.
baca juga :
Untuk tiap jenis produk, masing-masing memiliki lingkup pasar yang sangat luasnya. Meski faktanya tetap jenis telur ayam negeri biasa memiliki daya jual lebih baik. Harga yang murah merupakan salah satu faktor penunjang. Menurut salah satu catatan dari data statistik tahun 2013 telur dikonsumsi setidaknya lebih dari 8 kg pertahun perorang dan catatan ini diyakini masih akan berkembang.
Dengan menilik pada fakta tingginya permintaan di pasar terhadap telur dari ayam negeri, maka ide usaha ayam petelur jelas memiliki potensi yang menarik. Ada cukup potensi penghasilan yang bisa Anda keruk dari usaha ini.
Di sini fokus usaha terletak pada produksi telur ketimbang daging. Ayam yang dipelihara juga khusus penghasil telur dengan model daging yang kurang enak dimakan dan kurang mampu menjadi gemuk seperti jenis type white leghorn atau jenis broiler petelur.
Salah satu orang yang sukses menjalankan usaha ayam petelur adalah bapak Hasan Wahyudi dari Solo. Berawal dari kapasitas 100 ekor ayam di tahun 1998 ketika beliau terpaksa menjalani masa PHK di saat Indonesia mengalami krisis. Dengan modal pesangon, bapak Hasan mulai membuka usaha ternak ayam petelur. Yang bapak Hasan lakukan di awal hanyalah dengan membangun kandang –kandang khusus ayam dewasa dan ruang simpan telur.
Pada awalnya tak mudah memasarkan produk telur yang dihasilkan. Namun bapak Hasan tidak mengenal kata jera, dengan bersungguh-sungguh, beliau terus mencari pasar baru untuk telur yang diproduksinya. Pada awalnya fokus penjualan diarahkan pada warung-warung disekitar kandang.
Meski terbilang berhasil, tetapi bapak Hasan tidak puas, hasil dari usaha ayam petelurnya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Itu sebabnya beliau mulai melebarkan sayap dengan menawarkan kerjasama supplier dengan beberapa pelaku usaha kuliner seperti bakery dan catering. Sambutannya cukup baik dan dalam tempo singkat mulai muncul pelanggan baru yang membutuhkan telur dalam jumlah besar.
Sayang, cara ini membuat bapak Hasan terbentur masalah, beliau mendapat serangan daripara supplier telur karena dianggap merebut pasar. Tak habis akal, malah bapak Hasan sengaja menawarkan kerjasama khusus dengan mensuplai para supplier telur ini.
Terbilang nekad awalnya karena bila kita menjadi penyedia telur untuk skala pemasok, maka telur yang siap untuk dijual tiap harinya bisa mencapai ribuan. Artinya pula bapak Hasan terpaksa menambah jumlah ayam petelur yang dipelihara.
Namun beruntung, rupanya ide usaha dadakan ini malah sukses. Kini dalam satu hari beliau harus memproduksi setidaknya 4 ribu ekor tiap harinya. Beliau juga harus memenuhi setidaknya 8 permintaan pemasok rekanannya. Beberapa pemasok tidak hanya berasal dari daerah Solo, beberapa juga dari Yogya, Klaten dan Wonogiri.
Persebaran penjualan ini berawal dari niat besar bapak Hasan dalam berpromosi. Beliau tidak sungkan untuk sengaja bertandang ke kota lain di sekitar Solo, memasuki satu persatu toko untuk menemukan informasi sseputar siapa supplier telur di sekitar kawasan. Bila beliau sudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, bapak Hasan ini langsung melancarkan beberapa strategi untuk merayu pemasok tersebut mengambil barang dari telur produksi bapak Hasan.
Dan kini dalam satu bulan bapak Hasan bisa membukukan omzet tak kurang dari 75 juta dengan keuntungan sekitar 20 – 25 %. Usaha dengan 15 karyawan yang beliau miliki ini juga sempat mendapat penghargaan dari dinas perkoperasian setempat.
Sebuah proses gemilang dengan hasil memuaskan dari sebuah usaha ayam petelur skala kecil bukan? Dengan kegigihan dan strategi yang tepat, usaha skala kecil macam ini juga bisa menjelma menjadi usaha skala besar dengan hasil puluhan juta tiap bulan.
Bagaimana kalau Anda juga tertarik untuk terjun dalam bisnis ayam petelur? Menurut bapak Hasan, masih ada begitu besar peluang dari usaha macam ini. Bapak Hasan masih melihat ada banyak ceruk dan permintaan di pasar yang belum terpenuhi dengan baik. Itu pula sebabnya harga telur terus meroket. Jadi masih ada peluang yang masih bisa Anda garap dengan usaha ayam petelur kan?
reff : www.blog.efowl.com)